Minggu, 16 Agustus 2009

Renungan Singkat

Hidup dan kehidupan kita berlangsung dalam sejumlah tahun. Lamanya bukan kita yang menentukan, tetapi Tuhan, sang penguasa kehidupan kita, Dialah yang menentukannya. Itu jika kehidupan kita berjalan dalam proses normal, wajar dan lazim. Ada dua titik yang sering dikemukakan orang tentang kehidupan manusia yakni titik kelahiran dan titik kematian. Hal ini dikemukakan dalam kitab Pengkhotbah 3 : 2a. Memang kita pahami, bahwa kedua titik itu berlaku di dunia, mengingat ada kehidupan yang lain, yakni kehidupan setelah kematian kita.

Ditengah perjalanan hidup kita, hendaknya kita berprestasi. Tentu prestasi yang diharapkan adalah prestasi positif, yang membangun bukan yang merusak, yang menguntungkan bukan yang merugikan kita dan sesama kita. Apapun dan bagaimanapun keadaan kita, hendaknya kita benar-benar menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan kita, mengingat kita adalah manusia yang berperadaban. Begitulah kita bersikap, sehingga bukan kekayaan, pangkat tinggi, kelengkapan/berfungsi penuhnya anggota tubuh atau derajat kasta (sekiranya ada), melainkan kelakuan didalam praktik kehidupan kita masing-masing yang menentukan harga diri kita. Tak heran jika muncul pribahasa: harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama.

Kendati kepada kita Tuhan menjamin kehidupan kekal, kita tak boleh mengabaikan tanggung jawab kehidupan kita di dunia sekarang ini. Itulah pesan yang disampaikan rasul Paulus, agar kita memperhatikan dengan seksama, bagaimana kita hidup yakni tidak seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan menggunakan waktu yang ada (Efesus 5 : 15-16a). Jika kita merasa malu dan marah dikatakan sebagai 'orang bebal', hendaknya kita arif untuk menggunakan hidup yang Tuhan percayakan kepada kita, misalnya hidup kita untuk apa, kemana kita hendak menempuh kehidupan kita ini, dan sebagainya. Lalu secara eksplisit rasul Paulus menunjuk, agar kita menggunakan waktu yang ada dalam kehidupan kita yakni knonos, itulah waktu yang berproses detik, menit, jam, hari, dan seterusnya; kairos, itulah waktu unik, momentum, kesempatan, peluang emas, sebagaimana seorang pemain sepak bola mendapatkannya dalam sebuah pertandingan untuk memasukkan bola ke gawang lawan; dan aionos adalah waktu yang kekal yang Tuhan berikan kepada kita, entah untuk kehidupan yang kekal, atau sebaliknya untuk kematian yang kekal, dan itu merupakan akibat dari kehidupan yang kita jalani di dunia ini.

Itulah sebabnya, hidup kita adalah ibarat kotbah, yang penting bukan panjangnya, melainkan isinya. Bahkan jangan kita permasalahkan bagaimana cara kita mati, bicarakan cara hidup kita, bagaimana pun kondisi diri kita. Semoga cara dan acara hidup yang kita tempuh adalah cara dan acara hidup yang baik dan benar, sesuai dengan pesan firman Tuhan.

*) Penulis adalah Pdt Emeritus GKI Taman Cibunut Bandung, Bapak Budhiadi Henoch.
Share

Tidak ada komentar: