Selasa, 23 Agustus 2011

Senin, 17 Agustus 2009

Bagaimana Menjadi Mitra

Anda dapat menjadi Mitra Yayasan Rumah Orangtua Tunanetra Eben Haezer dengan Cara:

1. Menjadi Pendoa Syafaat.
2. Menjadi Donatur Tetap maupun Insidentil.
3. Memberikan Pelayanan sesuai dengan Talenta dan Kebutuhan.

Rekening Yayasan Rumah Orangtua Tunanetra Eben Haezer:
No. 130-00-9203278-1
PT Bank Mandiri KCP Bandung Alun-Alun
Bandung.

Sekretariat Yayasan:
Jalan Galunggung 45 Bandung 40263.
Telepon: 022-7306464

Rumah Perawatan:
Jalan Maribaya 24 Lembang 40391.
Telepon: 022-2786058

Share

Syarat Dan Prosedur

Syarat-syarat pendaftaran untuk dapat tinggal di Yayasan Rumah Orangtua Tunanetra Eben Haezer:
1. pria/wanita tunanetra.
2. usia minimum 55 tahun dan maksimum 70 tahun.
3. masih sehat dan mampu mengurus diri sendiri.
4. memiliki pihak penanggungjawab.
5. mentaati peraturan yayasan yang berlaku.
6. membayar biaya perawatan pada setiap awal bulan berjalan.


Prosedur untuk dapat tinggal di Yayasan Rumah Orangtua Tunanetra Eben Haezer:
1. calon penghuni mengirimkan surat permohonan yang ditujukan kepada sekertariat yayasan dengan melampirkan: a) surat keterangan dokter sehubungan dengan penyakit yang dimiliki, b) surat keterangan dokter mata, c) hasil pemeriksaan laboratorium, d) hasil rontgen, e) fotocopy KTP dan riwayat hidup calon penghuni.
2. membuat surat pernyataan dan fotocopy KTP pihak penanggungjawab.
3. mengisi formulir pendaftaran.
4. mengikuti wawancara dengan para pengurus yayasan.


Share

Sumber Pendanaan

- Sumbangan para donatur (perorangan/lembaga).
- Sewa pengunaan aula, kamar dan fasilitas retreat yang berlokasi di jalan maribaya 24 lembang, bandung, Indonesia.
- Bantuan dari pihak keluarga/penanggungjawab lansia tunanetra.
Share

Program Kegiatan

- menyediakan tempat tinggal bagi lansia tunanetra di jalan maribaya 24 lembang, bandung, Indonesia.
- mengusahakan kesejahteraan hidup badani dan rohani bagi lansia tunanetra.
- mengumpulkan dana dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan azas pendirian yayasan dan hukum.
- mengadakan kegiatan rohani seperti pemahaman alkitab/bina iman dan persekutuan doa.
- mengadakan aktivitas fisik/olahraga dan acara-acara kebersamaan dengan para pengurus.
- memberikan kesempatan kepada para lansia tunanetra untuk berinteraksi dengan lingkungan luar.
- menyelenggarakan perayaan natal dan paskah bersama.
- mengadakan acara-acara rekreasi keluar.
- dan sebagainya.
Share

Visi Dan Misi

Visi:
Untuk memberi kualitas kehidupan yang lebih baik bagi tunanetra di hari tua.

Misi:
Yayasan Rumah Orangtua Tunanetra didirikan pada tanggal 31 Mei 1975 dengan misi untuk membantu, menampung, menyantuni dan merawat lansia tunanetra agar dapat menikmati hidup yang layak. Share

Minggu, 16 Agustus 2009

Sambutan PGPK

"Sambutan Perwakilan Gereja-Gereja dan Perkumpulan-Perkumpulan Kristen (PGPK) Bandung dalam rangka HUT ke 30 Yayasan Rumah Orangtua Tunanetra (YAROT) "Eben Haezer"

Tuhan Yesus bersabda: "Semua orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-murid Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi" (Yohanes 13 : 35). Selanjutnya rasul Paulus menekankan: Demikianlah tinggal tiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih. Dan yang paling besar diantara nya ialah kasih" (I Korintus 13 : 13). Mengapa 'kasih' mengungguli yang lain nya? Mengapa kasih itu harus 'dikejar' (I Korintus 14 : 1) ? Karena kasih itu bukan sekedar teori. Kasih adalah juga tindakan, perbuatan konkrit yang didorong oleh hati nurani yang dipenuhi kasih Kristus.

Terbentuknya Yayasan rumah Orangtua Tunanetra Eben Haezer, 24 mei 1977, tidak dapat dipisahkan dari semangat mula-mula yang dinyatakan dengan terbentuknya Panitia Pembangunan Rumah Orangtua Tunanetra Eben Haezer, 31 mei 1975. Karena itu peringatan 30 tahun YAROT Eben Haezer adalah peringatan lahirnya semangat pengadaan Rumah dimaksud yang berawal dari lahirnya Panitia tadi, 31 mei 1975. Usaha ini adalah wujud nyata dari dorongan kasih dikalangan para tunanetra sendiri dibantu oleh sesama seiman lainnya yang tidak tunanetra dalam menolong para tunanetra yang sudah tua.

Bagi PGPK sendiri semangat pengadaan rumah orangtua tunanetra sekitar tahun 1977-1978 itu telah mendorong semangat kesatuan sebagai satu tubuh Tuhan dari gerejaNya melalui hamba-hambaNya. Betapa tidak, saat itu orang-orang yang terlibat dari gereja : Katolik, Prostestan, Pentakosta secara bersama-sama dan sehati berusaha mewujudkan hadirnya rumah orangtua tunanetra Eben Haezer tersebut.

Tanpa terasa waktu berjalan begitu cepat, Bapak Stephanus Satyadi sudah mendahului kita. Akan tetapi, yang jelas, semangat kasih yang konkrit harus terus berjalan demi kepentingan sesama, dalam hal ini saudara-saudara Orangtua Tunanetra. siapapun yang menjadi penerus di YAROT akan terus ditantang mewujudkan hal yang paling utama ini yaitu kasih kepada TUHAN dan sesama, sebab itulah yang dirindukan TUHAN dari anak-anakNya.

Dirgahayu YAROT Eben Haezer dan kiranya terus diberkati TUHAN. Biarlah melalui YAROT Eben Haezer nama TUHAN dimuliakan dan kasiNya dirasakan.

Bandung, Juli 2004

Atas nama PGPK
Pendeta Hada Andriata, DPs
Ketua Umum
Share

Sambutan Penasihat

"Sambutan Penasihat Yayasan Rumah Orangtua Tunanetra Eben Haezer"

Yayasan Rumah Orangtua Tunanetra Eben Haezer adalah lembaga pelayanan untuk orang-orang tunanetra yang didirikan pada tanggal 31 mei 1975 sebagai Panitia Pembangunan Rumah Orangtua Tunanetra Eben Haezer, dan berdasarkan akta notaris Lien Tanudirja, SH tertanggal 24 mei 1977, no. 74 di Bandung menjadi Yayasan Rumah Orangtua Tunanetra Eben Haezer. Perjalanan sejarah yayasan ini adalah bukan sekedar perjalanan pengurus atau orang-orang yang pernah berada dalam pelayanan tersebut tetapi sebagai perjalanan pelayanan lembaga yang berjangka waktu panjang dari satu generasi ke generasi yang berikutnya. Agar perjalanan "Eben Haezer" dapat terus diingat oleh generasi penerusnya, maka disusunlah sejarah berdiri dan kesaksian akan pertolongan dan berkat Tuhan Allah yang sangat besar.

Karena itu pertama-tama, ungkapan syukur kepada Tuhan, sang Khalik yang telah memungkinkan kami menerbitkan Buku Sejarah perjalanan "Eben Haezer" selama hampir 30 tahun. Hal ini disadari bahwa bukan karena kekuatan kami sebagai manusia dengan segala kelemahan dan kekurangannya yang menjadikan "Eben Haezer" tetap dalam keberadaannya seperti sekarang ini. Hanya Tuhan-Bapa, Anak dan Roh Kudus-yang senantiasa memberikan pertolonganNya yang tepat pada waktunya, sehingga kemuliaan Tuhan senantiasa nyata melalui pelayanan "Eben Haezer".

Melalui kesempatan ini juga kami menyadari peranserta para pengurus terdahulu serta masyarakat dan donatur yang dipakai Tuhan untuk memberikan sumbangsih yang berharga dalam menghantarkan "Eben Haezer" dari tahun ke tahun pelayanannya. Untuk ini semua kami menghormati mereka dan ingin menyatakan rasa terimakasih dalam kerjasamanya selama ini.

Tentu saja dalam perjalanan waktu sampai sekarang ini, terutama dalam kepengurusan kami ada hal-hal dalam pelayanannya yang kurang sempurna bahkan kurang berkenan kepada saudara-saudara. Dengan rendah hati kami ingin memohon maaf atas semuanya dan dengan tetap bersemangat pelayanan bersama ini biarlah tetap terjalin dengan terus mengingat sabda Tuhan, bahwa apa yang kita lakukan dalam pelayanan masyarakat seperti Eben Haezer ini adalah sebenar-benarnya pelayanan Tuhan (bandingkan Matius 25 : 31-46 dan Kolose 3 : 23).

Kami mengharapkan dukungan doa saudara-saudara agar "Eben Haezer dapat menjalankan visi dan misinya sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya. Dengan demikian pelayanan ini akan tetap mengingatkan sejarah pelayanan "Eben Haezer" dengan tujuan sesuai dengan maksud didirikannya pelayanan ini.
Kiranya buku ini bermanfaat bagi kita sekalian.

Bandung, Juli2004

Pendeta Jahja Purwanto
Penasihat
Share

Renungan Singkat

Hidup dan kehidupan kita berlangsung dalam sejumlah tahun. Lamanya bukan kita yang menentukan, tetapi Tuhan, sang penguasa kehidupan kita, Dialah yang menentukannya. Itu jika kehidupan kita berjalan dalam proses normal, wajar dan lazim. Ada dua titik yang sering dikemukakan orang tentang kehidupan manusia yakni titik kelahiran dan titik kematian. Hal ini dikemukakan dalam kitab Pengkhotbah 3 : 2a. Memang kita pahami, bahwa kedua titik itu berlaku di dunia, mengingat ada kehidupan yang lain, yakni kehidupan setelah kematian kita.

Ditengah perjalanan hidup kita, hendaknya kita berprestasi. Tentu prestasi yang diharapkan adalah prestasi positif, yang membangun bukan yang merusak, yang menguntungkan bukan yang merugikan kita dan sesama kita. Apapun dan bagaimanapun keadaan kita, hendaknya kita benar-benar menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan kita, mengingat kita adalah manusia yang berperadaban. Begitulah kita bersikap, sehingga bukan kekayaan, pangkat tinggi, kelengkapan/berfungsi penuhnya anggota tubuh atau derajat kasta (sekiranya ada), melainkan kelakuan didalam praktik kehidupan kita masing-masing yang menentukan harga diri kita. Tak heran jika muncul pribahasa: harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama.

Kendati kepada kita Tuhan menjamin kehidupan kekal, kita tak boleh mengabaikan tanggung jawab kehidupan kita di dunia sekarang ini. Itulah pesan yang disampaikan rasul Paulus, agar kita memperhatikan dengan seksama, bagaimana kita hidup yakni tidak seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan menggunakan waktu yang ada (Efesus 5 : 15-16a). Jika kita merasa malu dan marah dikatakan sebagai 'orang bebal', hendaknya kita arif untuk menggunakan hidup yang Tuhan percayakan kepada kita, misalnya hidup kita untuk apa, kemana kita hendak menempuh kehidupan kita ini, dan sebagainya. Lalu secara eksplisit rasul Paulus menunjuk, agar kita menggunakan waktu yang ada dalam kehidupan kita yakni knonos, itulah waktu yang berproses detik, menit, jam, hari, dan seterusnya; kairos, itulah waktu unik, momentum, kesempatan, peluang emas, sebagaimana seorang pemain sepak bola mendapatkannya dalam sebuah pertandingan untuk memasukkan bola ke gawang lawan; dan aionos adalah waktu yang kekal yang Tuhan berikan kepada kita, entah untuk kehidupan yang kekal, atau sebaliknya untuk kematian yang kekal, dan itu merupakan akibat dari kehidupan yang kita jalani di dunia ini.

Itulah sebabnya, hidup kita adalah ibarat kotbah, yang penting bukan panjangnya, melainkan isinya. Bahkan jangan kita permasalahkan bagaimana cara kita mati, bicarakan cara hidup kita, bagaimana pun kondisi diri kita. Semoga cara dan acara hidup yang kita tempuh adalah cara dan acara hidup yang baik dan benar, sesuai dengan pesan firman Tuhan.

*) Penulis adalah Pdt Emeritus GKI Taman Cibunut Bandung, Bapak Budhiadi Henoch.
Share